RESPON
PAPER
PARTICIPATORY
JOURNALISM
Lauritha
Riama Elistiana
Jurnalisme warga (citizen journalism) adalah kegiatan
partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan,
pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme
seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau
pemirsa membentuk informasi dan berita pada masa mendatang. Media baru
mempunyai tiga perspektif. Yang pertama yaitu Utopian, dimana hal ini merupakan
hal yang terbuka dengan kehadiran media baru. Jadi dalam hal ini, ada orang
yang sangat terbuka dengan media baru yang diangap dapat melampaui batas
georgarfis dan social. Sehingga menjadi lebih terbuka dan tidak ada batasan.
Yang kedua adalah dystopian, dimana pengertian dari Dystopian
adalah sinis terhadap media baru. Jadi berprasangka buruk terhadap media baru,
mempunyai sifat yang tidak terbuka. Bersikap sangat hari – hati karena diduga
dapat menguburkan realitas yang ada.
Yang ketiga adalah Technorealism, dimana Technorealism
ini berada ditengah – tengah antara Utopian dan Dystopian. Jadi seseorang yang
gak serta merta menerima hal – hal dalam media baru begitu saja, namun juga
menyeleksi mana yang sesuai mana yang tidak. Seperti kalau hal positif ya tentu
saja diterima, semisal bisa mendapatkan info – info penting yang terjadi dluar
kota maupun diluar negeri. Tentang bencana ataupun hal update terbaru diseluruh
dunia. Namun untuk hal – hal negative bisa saja disingkirkan. Seperti kampanye
terselubung, untuk membully ataupun menjelek – jelekan sesuatu hal.
Media baru mempunyai implikasi juga terhadap jurnalisme
seperti adanya demokrasi dengan media, contohnya dapat berpendapat dengan
bebas, dan melihat media mainstream menjadi tidak dipercaya kembali karena
mempunyai agenda setting. Seperti media tradisional yang memproduksi realitas
sesuai dengan ideology dan manajemen redaksi. Sedangkan untuk jurnalisme warga
tidak ada struktur organisasi dan tata aturan.
Lalu
berubahnya struktur dan organisasi media dan yang terakhir adalah penjualan dan
beriklan. Dimana dijaman sekarang ini, seiring berkembangnya media baru, hal
tersebut juga menjadi rebutan dalam hal bersainguntuk beriklan dan berjualan.
Munculnya media baru sekarang membuat media cetak menjadi
agak terpuruk. Ditambah sudah ada lagi yang namanya jurnalisme partisipatoris.
Yaitu, aksi yang dilakukan oleh warga Negara dengan berperan aktif didalam
pengumpulan Aksi dari warga negara, atau sekelompok warga negara dengan
berperan aktif di dalam proses mengumpulkan, repostase, analisis dan diseminasi
berita dan informasi.
Tujuannya
adalah untuk menjamin aspek independensi, kepercayaan, akurasi, skala luas,
untuk informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhan demokrasi. Jadi dengan
adanya jurnalisme warga, dihaarpkan berita yang muncul akan lebih terbuka dan berimbang.
Tidak semata – mata berpihak pada satu sisi dikarenakan adanya hal lain yang
mendorong untuk lebih berpihak dibalik itu. Meskipun skala masyarakat yang mau
ikut berpartisipasi dalam menjadi jurnalisme warga ini sangat sedikit dalam cakupan lokal atau isu spesial/khusus
dimana organisasi berita besar biasanya akan mengesampingkannya.
Jika diliahat dari sisi sikap dan posisi, biasanya
jurnalisme warga sifatnya sangat bersebrangan dengan pers. Karena lebih memihak
dengan apa ynag dikiranya benar dan sesuai dengan keharusan tanpa ada prosedur
ataupun persyaratan.
Dan aksi yang dilakukan oleh jurnalisme warga jelas intervensionis
:
1) Tindakan
langsung yang ditujukan untuk mengubah kondisi material jurnalisme sebagai
praktik dan pers sebagai institusi.
2) Tujuan
yang berakar pada partisipasi untuk perubahan. Jadi yang diharapkan oleh
jurnalisme warga adalah perubahan dengan apa yang seharusnya terjadi. Bukan
dikarenakan material semata.
Karakteristik jurnalisme warga biasanya
:
- Produk jurnalisme warga adalah laporan
pihak pertama.
- Produk jurnalisme warga dapat menjadi
data awal untuk menyusun dan melengkapi berita yang dipublikasikan media maistream.
- Jurnalisme warga merupakan sumber informasi yang
dapat diakses 24 jam.
Sedangkan
kalau karakteristik media mainstream yaitu :
-
Berita media mainstream selalu memiliki
agenda setting
-
Berita media mainstream selalu melibatkan framing
media pemberitaan.
-
Berita dalam jurnalisme warga melibatkan
framing individual
Contoh
jurnalisme warga yang kita sudah tau sejauh ini adalah, tentang tsunami di
Aceh, dimana yang merekam video tersebut adalah seorang watga biasa dan merekam
dengan hp. Sehingga hasil videonya pun menjadi amatiran. Beberapa orang yang
menyaksikan atau selamat dari gempa dan tsunami yang melanda pantai Indonesia
pada 26 Desember 2004 menggunakan cam-coders, kamera digital dan mobile ponsel
untuk menangkap acara secara langsung dan kerusakan dan mengirimnya ke media
organisasi seperti BBC, MSNBC dan CNN dan banyak outlet berita lainnya dan juga
dipublikasikan di blog. Demikian pula selama Bom London dan penembakan di
Virginia Tech, saksi mata mengambil gambar menggunakan ponsel dan kamera mereka
dan mengirim ke media atau diterbitkan menggunakan akun pribadi mereka di blog
dan website. Dalam semua kasus ini, citra dan material dari orang-orang ini
menambahkan dimensi baru untuk cakupan bencana.Setiap ada kejadian penting yang
sedang terjadi, belum tentu wartawan berada di lokasi, dan tentu saja warga
dilokasi adalah sebagai ‘pemberi informasi’ paling utama.
Referensi/Daftar
Pustaka :
http://www.kompasiana.com/ansara/apa-itu-jurnalisme-warga-citizen-journalism_552af9a2f17e61bf5bd623f4SAP Media Baru
Universitas Bunda Mulia “Participatory Journalism”alism