I.
PENGERTIAN
Culture Jamming merupakan suatu hal yang meneror
masyarakat untuk melawan suatu corporate. Budaya artistik "terorisme"
ditujukan terhadap masyarakat informasi di mana kita hidup. Budaya jamming
sebagai suatu aliran alternatif dan bagian dari media baru. Culture jamming
mengambil bentuk budaya populer, mengemas ulang menjadi pesan baru dengan
tujuan menumbangkan dan mengkritisi budaya tersebut.
Culture Jamming merupakan :
- Gerakan sosial yang aktif melakukan aksi
perlawanan terhadap periklanan mainstream di Amerika dan Eropa.
-
Gerakan anti-konsumtivisme atau
anti-korporat.
- Bentuk-bentuk komunikasi iklan dengan suatu
karya seni ekstrim yang sifatnya 'menghancurkan' atau 'membelokkan' pesan dari
iklan tersebut.
- Culture Jamming sering dikaitkan dengan
subvertising, spoof ad, meme dan détournement.
Menurut Dery, San Francisco seni- band rock
Negativland menciptakan istilah "jamming budaya" pada tahun 1984
untuk menggambarkan perubahan billboard dan seni bawah tanah lainnya yang
berusaha untuk menjelaskan sisi gelap computer. Budaya jamming menangkap gambar
dan ide-ide dari budaya media mainstream untuk membuat titik kritis, atau
sebagai desainer Media Yunus Peretti telah menempatkan itu, itu adalah
"strategi yang mengubah kekuasaan korporasi terhadap dirinya sendiri
dengan memilih co, hacking, mengejek, dan re- mengontekstualisasikan
makna" (Peretti, 2001a, hlm. 1).
Para pelaku culture jamming juga biasa disebut
dengan jammers. Culture jamming menurut Stuart Ewen (kritikus social) adalah
serangan pada kekuatan yang mendominasi publik, yang membombardir dengan
gambar-gambar dan tanda-tanda yang memanipulasi makna sejati, dan menyesatkan
publik. Beberapa nama yang dikenal dan masih aktif Adbusters, Ron English,
Banksy, Billboard Liberation Front (BLF), dsb. Cultural jammer pada umumnya
melihat nilai-nilai sosial, budaya, politik dibelokkan oleh kepentingan
komersil.
Namun secara sederhana culture jamming dapat
diartikan sebagai suatu gerakan design yang keberadaan awalnya muncul
didasarakan sikap anti kapitalisme, dan menjadikan desain sebagai jembatan
sikap kontra mereka terhadap segala produk dari kapitalisme.
Culture jamming menuangkan berbagai ide melalui
media untuk membuat masyarakat menjadi berpikir lebih kritis. Hal tersebut juga
bisa dijadikan sebagai strategi bagi suatu perusahaan untuk membuat produknya
menjadi lebih dikenal.
Aksi perlawanan terhadap periklanan mainstream
memang banyak ditemukan di negara-negara di luar Indonesia, seperti di daerah
Eropa. Para jammers ingin mengkomunikasikan anti-konsumtivisme atau
anti-korporat.
Mereka ingin menantang bentuk-bentuk komunikasi
iklan mainstream dengan suatu karya seni ekstrim yang sifatnya ’menghancurkan’
atau ’membelokkan’ pesan dari iklan mainstream tersebut. Sebagian membuat
iklan-iklan parodi yang mengejek atau menyindir suatu iklan yang dianggap
terkait dengan suatu isu buruk tertentu. Metode yang digunakan pun
bermacam-macam. Ada yang membuat versi parodi suatu iklan dalam media terpisah,
tetapi ada juga yang secara langsung mengubah atau merusak visual asli iklan
tersebut. Gerakan semacam ini kemudian disebut dengan Culture Jamming.
Jika ditinjau dari awal pergerakannya hingga
sekarang, dapat diasumsikan bahwa Culture jammer terus bertahan dari generasi
ke generasi. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak bermunculan aksi
Culture Jamming.
Aksi Culture Jamming :
-
Mengubah atau mencipta ulang visualisasi
logo, fashion atau citra produk dengan tujuan menantang pemikiran “mana yang
lebih baik?
-
Mengusik proses berpikir audiens saat
melihat iklan populer, dengan menyajikan suatu pesan baru yang memanfaatkan
pesan asli iklan. Pesan asli dihancurkan dan diambil alih agar menimbulkan efek
yang berbeda.
II.
SEJARAH
Berdasarkan artikel dalam Koran New York Times tahun 1990, Pengkritik
budaya Mark Dery mengungkapkan bahwa culture jamming terlihat dari ungkapan –
ungkapan kasar tentang subkultur yang dituangkan dijalan, seni graffiti,
billboard dan halte bus.
Culture jamming ini berawal dari kegiatan billboard
banditry, yaitu papan reklame yang bertujuan menyisipkan pesan tertentu. Yang
pertama tercatat melakukan adalah kelompok yang kemudian menamai diri Billboard
Liberation Front (BLF) di San Francisco di akhir tahun 70’an. Billboard
Banditry ini berbeda dengan vandalisme yang sekadar mencoret-coret sebuah
reklame. Penggunaan kertas dan lem yang bisa dilepas dengan mudah dari reklame
juga hal yang membedakan dengan vandalisme yang biasanya menggunakan cat
semprot.
(Source: Google)
Berikut
adalah salah satu contoh billboard banditry oleh BLF yang memodifikasi reklame
rokok Marlboro.
Budaya jamming juga telah beragam dan berkembang seperti pesan dan teknologi
yang tersedia dalam budaya yang lebih luas. Terdiri dari media cetak, dan televisi. Seperti contohnya acara televisi yang merupakan sebuah bentuk
culture jamming adalah The Daily Show dari Comedy Central. Acara yang berbentuk
layaknya sebuah program berita televisi ini menampilkan ironi-ironi yang
terjadi di dunia politik Amerika Serikat dan Internasional dengan gaya satire.
Hal ini menjadikan The Daily Show adalah culture jamming karena melakukan
kritik terhadap ironi aktor-aktor politik melalui media televisi dalam bentuk
parodi berita dengan gaya satire. The Daily Show with Trevor Noah, acara komedi
yang menampilkan laporan berita politik dengan gaya satire dan ironi.
III.
MASUKNYA
CULTURE JAMMING SEBELUM MEDIA BARU
Gelombang jamming budaya "surveilans
kontra" proyek juga muncul sebagai respon politik untuk meningkatnya
penggunaan televisi sirkuit tertutup (CCTV) dan kamera pengintai. Kemungkinan
budaya jamming proyek telah beragam seperti pesan dan teknologi yang tersedia
dalam budaya yang lebih luas. Terdiri dari media cetak, dan televisi.
Media yang digunakan:
-
Media cetak: majalah, spoof ad poster (
contoh: Adbuster magazine)
- Media-media seni outdoor indoor :
poster, billboard (contoh: Ron English, Culture jammer dan BLF)
-
Video: format liputan, essay atau spoof)
- Televisi : TVC
Happening art (“Buy nothing day”, “Digital Detox Day”)
IV.
MASUKNYA
CULTURE JAMMING DALAM MEDIA BARU
Pada akhir 1990, jamming budaya telah menjadi taktik yang akrab di
kalangan aktivis media, dan dibahas secara luas di kalangan sarjana media
(Carducci, 2006; Harold, 2004; Wettergren, 2009). Namun,
memasuki babak baru dan lebih kuat dengan pengenalan
World Wide Web dan browser teknologi. Misalnya, dalam pekerjaan mereka, hukum kekayaan intelektual alamat Seni
Ilegal kolektif semakin ketat dan hukuman sebagai pengekangan pada pekerjaan
kreatif dan kebebasan berekspresi.
Yunus Peretti ini "Nike Media Petualangan"
menunjukkan bagaimana online dapat mempengaruhi visibilitas bahkan proyek
terkecil (Peretti, 2001a, 2001b; lihat juga Wasik, 2009).
Culture jamming memasuki fase baru dan semakin kuat
dengan hadirnya WWW dan teknologi perambah. Aktivis dan seniman secara cepat
mengadopsi digital media untuk menyasar audiens baru, menggalang dukungan,
mengorganisasi aksi protes dan aksi bersama. Kemudian masuknya culture jamming
ke dalam media baru dikarenakan munculnya parody – parody dalam situ – situs
online. Dimana situs tersebut tersebar dalam internet. Beberapa contoh dari
situs- situs tersebut seperti Theonion.com, Newslo.com, dan Posronda.net.
Ketiganya mempunyai konsep dasar yang sama yaitu parodi situs berita satire.
Meskipun secara konsep dasar ketiganya sama, tentu ada keunikan dari
masing-masing situs tersebut.
Theonion.com, Pertama kali muncul dalam bentuk koran
dan kemudian kini menjadi media online bahkan sudah merambah ke media audio
video. Keunikannya dari situs ini adalah kontennya yang berisikan fake news, dimana
hampir sepenuhnya dalam konten ini tidak ada faktanya. Meskipun tidk ada fakta
didalamnya, biasanya konten berita yang dibuat-buat ini menampilkan ironi dari
apa yang terjadi di dunia.
Newslo.com, dimana adanya pembagian antara isi
berita yang fakta mana yang palsu. Dalam setiap artikel terdapat fakta yang
bisa ditampilkan sebagai dasar dari satire yang disampaikan. Biasanya headlines
yang dipakai adalah sebuah satire, ketika artikel tersebut dibuka ada opsi
untuk menunjukkan fakta dari berita tersebut.
Posronda.net, merupakan situs yang berasal dari
Indonesia. Situs ini terinspirasi dari Theonion.com. Situs ini merupakan situs
mendedikasikan diri satire politik di Indonesia. Yang mempunyai tujuan entertinment,
artikel yang dibuat dengan serius bahkan lebih serius dari artikel ¬ecek-ecek
dengan judul bombastis yang sering kita temui di situs berita mainstream di
Indonesia.
V.
KRITIK
TERHADAP CULTURE JAMMING
Popularitas culture jamming menggunakan produk
budaya populer untuk mengkritisi budaya populer banyak ditiru oleh budaya
mainstream itu sendiri (meme,film, iklan, prog. TV). Kondisi tersebut terjawab
dalam studi tentang culture jamming yaitu :
- Intervensi kecil culture jamming tetap menjadi
tantangan bagi budaya populer walaupun dalam waktu singkat.
- Culture jamming sangat efektif menyebarkan humor,
ironi, kesenangan, permainan dan absurditas sebagai senjata untuk mengekpos
masalah sosial, ekonomi dan politik menggalang pendukung dan menyatukannya
dalam aksi.
- Aktivis
seni dan teknologi saat ini memiliki potensi yang lebih besar dalam menjangkau
atau mempengaruhi khalayak,dengan penggunaan teknologi media baru sebagai
platform baik untuk menciptakan karya-karya baru dan membuat masyarakat
tertarik.
CONTOH
– CONTOH CULTURE JAMMING
(Source: Google)
Daftar Pustaka
o Leah A. Lievrouw.(2011).Alternative
and Activist New Media: Digital Media and Society Series..Polity
Press,Cambridge
o SAP
Mata kuliah Media Baru dan Masyarakat, UBM , Jakarta
o Teori
dan Riset Media Siber, Dr. Rulli Nasrulah, M.Si., Kencana Prenada Media,
Jakarta (2014).
o Converging
Media, A new Introduction to Mass Communication, John V. Pavlik, Shawn
Macintosh, Oxford University Press, New York (2011).
o Perkembangan
Masyarakat Informasi & Teori Sosial Kontemporer, Rahma Sugihartati, Kencana
Prenada Media, Jakarta (2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar