Respon
Paper
“Participatory Journalism”
Stephanie
Leonardi 14130038
Berkaitan dengan pembahasan mengenai Participatory Journalism yang merupakan
genre yang membahas tentang aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh khalayak
sendiri dan berpartisipasi didalamnya. Media baru ini memiliki tiga perspektif
yaitu Utopian, Dystopian, Technorealism. Utopian merupakan perspektif terbuka
dengan kehadiran media baru, dengan adanya media baru tersebut khalayak menjadi
sangat terbuka dengan menerima segala sisi dari isi berita yang diberitakan.
Dengan kata lain, khalayak menerima mentah-mentah informasi yang berasal dari
media dan tidak mencerna lebih baik lagi.
Lalu, Dystopian merupakan perspektif negative
terhadap segala pemberitaan melalui media. Karena khalayak berfikir bahwa semua
berita yang ada di media itu negative dan tidak benar, maka dari itu perspektif
ini memiliki kecenderungan yang sinis terhadap media. Yang ketiga yaitu
Technorealism merupakan perspektif yang lebih netral, tidak memihak secara
terbuka ataupun negative. Perspektif ini merupakan jalur tengah antara Utopian
dan Dystopian. Media baru membawa dampak baik untuk beberapa aspek seperti
aspek social, politik dan negative tetapi tetap kritis terhadap dampak negative
dari adanya teknologi tersebut. Bisa berfikir lebih realistis terhadap suatu
pemberitaan yang ada di media.
Adanya Citizen Journalism atau Participatory
Journalism tentu membawa dampak positif dan negative didalamnya. Karena tidak
semua berita yang disiarkan itu benar adanya, sebab yang melakukan pencarian
inti berita yaitu orang awam yang kurang pengetahuan dan kurang professional
dalam lingkup jurnalistik.
Dampak positifnya tentu membantu media mendapatkan
berita tercepat dan terupdate karena masyarakat sekitar yang mencari tahu informasi
serta media foto atau video mengenai suatu kejadian tersebut. Jadi seperti
memiliki bukti konkrit dan nyata terhadap suatu kejadian yang ada walaupun kru
media tidak ada di tempat kejadian perkara. Menambah wawasan dan informasi bagi
masyarakat tersebut dalam hal jurnalistik seperti menjadi lebih tahu bagaimana
alur jalannya suatu berita bisa disiarkan seperti headline news yang sangat
genting untuk diberitahukan ke masyarakat luas. Masyarakat serta khalayak
menjadi lebih tahu tentang berita yang ada, lebih cepat dari biasanya.
Dampak negatifnya tentu tidak semua berita yang
disiarkan oleh masyarakat itu sendiri benar adanya dan bisa saja berita
tersebut bersifat hoax atau palsu. Karena tingkat kepercayaan berita tersebut
masih belum bisa dipercaya, sebab yang melakukan juga orang yang awam akan
media dan dunia jurnalistik. Oleh karena itu Participatory Journalism dilakukan
oleh orang yang kurang paham dan tidak seproffesional wartawan, pencari berita,
pembuat berita pada umumnya. Karena
mereka tidak memiliki ilmu basic atau ilmu awal tentang bagaimana menulis
berita, membuat berita, meliput berita, apa yang harus diliput dan apa yang
harus diberitakan dan lain sebagainya.
Citizen Journalism adalah praktek jurnalisme yang
dilakukan oleh non profesional jurnalis dalam hal ini oleh warga. Citizen Journalism (Jurnalisme
Warga) adalah warga biasa yang menjalankan fungsi selayaknya jurnalis
profesional yang pada umumnya menggunakan channel media baru yaitu internet
untuk menyebarkan informasi dan berita yang mereka dapat. Shayne Bowman dan
Chris Willis lantas mendefinisikan citizen journalism sebagai ‘…the act of
citizens playing an active role in the process of collecting, reporting,
analyzing, and disseminating news and information”.
Ada
beberapa istilah yang dikaitkan dengan konsep Citizen Journalism. Public journalism,
Advocacy Journalism, Participatory Journalism, Participatory Media, Open Source
Reporting, Distributed Journalism, Citizens Media, Grassroot Journalism, sampai
We-media. J.D. Lasica, dalam Online Journalism Review (2003), mengategorikan
media Citizen Journalism ke dalam 5 tipe yaitu :
1. Audience participation (seperti
komenter user yang diattach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi,
foto, atau video footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita
lokal yang ditulis oleh anggota komunitas)
2. Situs web berita atau informasi independen
(Consumer Reports, Drudge Report)
3. Situs berita partisipatoris murni (OhmyNews)
4. Situs media kolaboratif (Slashdot, Kuro5hin)
5. Bentuk lain dari media ‘tipis’ (mailing list,
newsletter, e-mail)
6. Situs penyiaran pribadi (situs penyiaran
video, seperti KenRadio)
Jika dikaitkan dengan contoh seperti
Metro TV yang memiliki channel tersendiri untuk para warga Citizen Journalism
memberikan berita yang mereka dapatkan. Bisa dalam bentuk tulisan maupun hanya
video saja. Seperti saat Tsunami Aceh waktu itu pertama kalinya yang mengetahui
dan merekam momen tersebut adalah warga bencana Tsunami itu sendiri, warga itu
merekam kejadian naasnya Tsunami menyapu Aceh dengan cepatnya. Karena rekaman
tersebut banyak media yang tertarik dengan video yang direkam oleh warga
tersebut. Sejak itu Citizen Journalism mulai dikenal masyarakat dan mulai lebih
banyak bentuknya. Tidak hanya gambar, video juga tulisan yang menggambarkan
suatu kejadian.
Seperti konten di Kompasiana yang dibuat
oleh warga biasa yaitu memberikan komentar mengenai kinerja baik Jenderal Tito
selaku Kapolri. Ini juga merupakan salah satu bentuk jurnalisme warga yang
meliput dan mengamati kinerja baik Jenderal Tito dari jauh lalu membuat
kontennya di internet yaitu di Kompasiana.
Daftar
Pustaka
SAP
Mata Kuliah Media Baru dan Masyarakat, UBM, Jakarta
Modul mata kuliah
Jurnalisme Online, Yohanes Widodo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar