Selasa, 29 November 2016

Respon Paper Participatory Journalism by Lauritha

RESPON PAPER
PARTICIPATORY JOURNALISM
Lauritha Riama Elistiana

            Jurnalisme warga (citizen journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita pada masa mendatang. Media baru mempunyai tiga perspektif. Yang pertama yaitu Utopian, dimana hal ini merupakan hal yang terbuka dengan kehadiran media baru. Jadi dalam hal ini, ada orang yang sangat terbuka dengan media baru yang diangap dapat melampaui batas georgarfis dan social. Sehingga menjadi lebih terbuka dan tidak ada batasan.
            Yang kedua adalah dystopian, dimana pengertian dari Dystopian adalah sinis terhadap media baru. Jadi berprasangka buruk terhadap media baru, mempunyai sifat yang tidak terbuka. Bersikap sangat hari – hati karena diduga dapat menguburkan realitas yang ada.
            Yang ketiga adalah Technorealism, dimana Technorealism ini berada ditengah – tengah antara Utopian dan Dystopian. Jadi seseorang yang gak serta merta menerima hal – hal dalam media baru begitu saja, namun juga menyeleksi mana yang sesuai mana yang tidak. Seperti kalau hal positif ya tentu saja diterima, semisal bisa mendapatkan info – info penting yang terjadi dluar kota maupun diluar negeri. Tentang bencana ataupun hal update terbaru diseluruh dunia. Namun untuk hal – hal negative bisa saja disingkirkan. Seperti kampanye terselubung, untuk membully ataupun menjelek – jelekan sesuatu hal.
            Media baru mempunyai implikasi juga terhadap jurnalisme seperti adanya demokrasi dengan media, contohnya dapat berpendapat dengan bebas, dan melihat media mainstream menjadi tidak dipercaya kembali karena mempunyai agenda setting. Seperti media tradisional yang memproduksi realitas sesuai dengan ideology dan manajemen redaksi. Sedangkan untuk jurnalisme warga tidak ada struktur organisasi dan tata aturan.
Lalu berubahnya struktur dan organisasi media dan yang terakhir adalah penjualan dan beriklan. Dimana dijaman sekarang ini, seiring berkembangnya media baru, hal tersebut juga menjadi rebutan dalam hal bersainguntuk beriklan dan berjualan.
            Munculnya media baru sekarang membuat media cetak menjadi agak terpuruk. Ditambah sudah ada lagi yang namanya jurnalisme partisipatoris. Yaitu, aksi yang dilakukan oleh warga Negara dengan berperan aktif didalam pengumpulan Aksi dari warga negara, atau sekelompok warga negara dengan berperan aktif di dalam proses mengumpulkan, repostase, analisis dan diseminasi berita dan informasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin aspek independensi, kepercayaan, akurasi, skala luas, untuk informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhan demokrasi. Jadi dengan adanya jurnalisme warga, dihaarpkan berita yang muncul akan lebih terbuka dan berimbang. Tidak semata – mata berpihak pada satu sisi dikarenakan adanya hal lain yang mendorong untuk lebih berpihak dibalik itu. Meskipun skala masyarakat yang mau ikut berpartisipasi dalam menjadi jurnalisme warga ini sangat sedikit  dalam cakupan lokal atau isu spesial/khusus dimana organisasi berita besar biasanya akan mengesampingkannya.
            Jika diliahat dari sisi sikap dan posisi, biasanya jurnalisme warga sifatnya sangat bersebrangan dengan pers. Karena lebih memihak dengan apa ynag dikiranya benar dan sesuai dengan keharusan tanpa ada prosedur ataupun persyaratan.
            Dan aksi yang dilakukan oleh jurnalisme warga jelas intervensionis :
1)      Tindakan langsung yang ditujukan untuk mengubah kondisi material jurnalisme sebagai praktik dan pers sebagai institusi.
2)      Tujuan yang berakar pada partisipasi untuk perubahan. Jadi yang diharapkan oleh jurnalisme warga adalah perubahan dengan apa yang seharusnya terjadi. Bukan dikarenakan material semata.

Karakteristik jurnalisme warga biasanya :
- Produk jurnalisme warga adalah laporan pihak pertama.
- Produk jurnalisme warga dapat menjadi data awal untuk menyusun dan melengkapi berita yang dipublikasikan media maistream.
- Jurnalisme warga merupakan sumber informasi yang dapat diakses 24 jam.
Sedangkan kalau karakteristik media mainstream yaitu :
-          Berita media mainstream selalu memiliki agenda setting
-          Berita media mainstream selalu melibatkan framing media pemberitaan.
-          Berita dalam jurnalisme warga melibatkan framing individual
Contoh jurnalisme warga yang kita sudah tau sejauh ini adalah, tentang tsunami di Aceh, dimana yang merekam video tersebut adalah seorang watga biasa dan merekam dengan hp. Sehingga hasil videonya pun menjadi amatiran. Beberapa orang yang menyaksikan atau selamat dari gempa dan tsunami yang melanda pantai Indonesia pada 26 Desember 2004 menggunakan cam-coders, kamera digital dan mobile ponsel untuk menangkap acara secara langsung dan kerusakan dan mengirimnya ke media organisasi seperti BBC, MSNBC dan CNN dan banyak outlet berita lainnya dan juga dipublikasikan di blog. Demikian pula selama Bom London dan penembakan di Virginia Tech, saksi mata mengambil gambar menggunakan ponsel dan kamera mereka dan mengirim ke media atau diterbitkan menggunakan akun pribadi mereka di blog dan website. Dalam semua kasus ini, citra dan material dari orang-orang ini menambahkan dimensi baru untuk cakupan bencana.Setiap ada kejadian penting yang sedang terjadi, belum tentu wartawan berada di lokasi, dan tentu saja warga dilokasi adalah sebagai ‘pemberi informasi’ paling utama.

Referensi/Daftar Pustaka :
http://www.kompasiana.com/ansara/apa-itu-jurnalisme-warga-citizen-journalism_552af9a2f17e61bf5bd623f4SAP Media Baru Universitas Bunda Mulia “Participatory Journalism”alism

Respon Paper Mediated Mobilization by Lauritha

RESPON PAPER
MEDIATED MOBILIZATION
Lauritha Riama Elistiana Hutabarat

Mobilisasi sendiri mempunyai pengartian pergerakan. Yang dimana menurut Eitzen and Stewart, gerakan sosial adalah sebagai upaya kolektif untuk mempromosikan, menolak, atau melawan perubahan. Yang mencul ketika seseorang tidak puas dan mempunyai tujuan untuk memobilisasi.
Mobilisasi dan gerakan sosial saat ini tergantung pada kemampuan orang untuk membangun jaringan, mencari dan memberikan informasi, membuat rekomendasi serta mengumpulkan dan menawarkan “modal reputasi” dan kepercayaan secara online. Jadi, jaman sekarang ini sudah menggunakan media online tanpa harus bersusah – susah untuk mengumpulkan masa yang mempunyai tujuan yang sama. Bisa langsung di share atau dipublikasikan melalui media online dan semua orang dapat melihat secara mudah dan tersebar.
Mobilisasi dalam gerakan media baru jaman sekarang bisa merupakan isu yang diangkat dari keprihatinan bersama atau nilai – nilai yang sama ataupun rasa yang sama sehingga orang – orang ikut mendukung.
Gerakan social dan mobilisasi dibagi menjadi tiga :
-          Collective behaviour theory
Gerakan sosial sebagai aksi yang dimotori beberapa aktor individu, berfokus pada kualitas gerakan yang terjadi spontan,berbasis pada teori “wabah mental” pengaruh sosial dalam ilmu komunikasi, dan cenderung memotret gerakan sebagai luapan emosional dan irasional.

-          Resource Mobilization Theory (RMT)
Bertolak belakang dengan Collective Behaviour Theory, gerakan sosial dilihat sebagai hal rasional, upaya kolektif dimana partisipan beraksi secara sadar untuk tujuan tertentu dan menggunakan strategi untuk mengartikulasikan tuntutan, mengidentifikasi dan mengumpulkan sumber daya material dan kultural, terorganisasi secara hierarkis, pada umumnya melalui saluran institusional.
Media dan teknologi infromasi adalah sumber daya untuk dimanfaatkan dan dieksploitasi untuk menyebarkan informasi di kalangan aktivis, membentuk wacana, atau menginformasikan dan membujuk pendukung gerakan.

-          New Social Movements (NSMs)
Gerakan sosial baru menekankan nilai-nilai komitmen personal, identitas dan kreativitas di antara aktivis gerakan, dengan latar belakang kelompok yang lebih terdidik, profesional kerah putih, dan pekerja informasi kreatif. Dan biasanya lebih kepada kasus pribadi. Seperti perokok yang membuat komunitas anti rokok dan berhasil menghentikan penjualan nikotin terbesar di pulau Bali.
Media dan TIK merupakan sarana untuk mengekspresikan tujuan/kepentingan, publikasi kegiatan, nilai-nilai, dan representasi simbolis dari isu-isu dan untuk menggeser wacana populer. Aktivis dapat mengunggah nilai,cita-cita dan gaya hidup serta komitmen pribadi terhadap gerakan dan sikap politik mereka sebagai contoh bagi orang lain.

            Ada juga yang menggunakan hacktivism, dan menjadikan 3 hal penting ini dalam melalui mobilisasi :
1.      Untuk mengkordinasikan orang banyak
2.      Untuk mempublikasikan berita atau group atau kelompok yang ada
3.      Dan melalui hacking dapat mengirimkan dan menyebarkan berita dengan cepat.
Yang biasanya dominan dengan gerakan social, identitas politik, budaya dan gaya hidup.

Peran teknologi komunikasi dalam gerakan social baru :
1.      Peran terpenting internet adalah menjadi alat yang sangat diperlukan untuk koordinasi antara kelompokkelompok yang beragam, terutama dalam proses pengorganisasian dan melakukan protes turun kejalanan, aksi langsung, dan "perlawanan-terhadap pertemuan penting" di seluruh dunia.
2.      Penggunaan internet dalam gerakan Global Justice telah menjadi platform untuk memproduksi dan mendistribusikan konten. Web yang digunakan untuk "mempromosikan" kegiatan gerakan, identitas kolektif, dan nilai-nilai ke khalayak yang lebih luas, memberikan cara pandangan alternatif selain pandangan pihak lawan dan lembaga pers mainstream, berbagi informasi dan membangun solidaritas di kalangan aktivis dan kelompok.
3.      Peran yang paling ‘tidak konvensional’, penggunaan teknologi media baru di kalangan aktivis Global Justice untuk terlibat dalam hacktivism/ pembangkangan elektronik masyarakat sipil elektronik (Wray, 2008).
Mediated mobilization jelas kolaboratif. Proses mempromosikan kolaborasi untuk gerakan antara orang yang sependapat. Kolaborasi sini mengambil berbagai bentuk hubungan interpersonal dan interaksi dalam jaringan (penciptaan berbagi ide, pendapat, dan informasi melalui blog, webistes, wiki, email, dan listservs, partisipasi dalam skala besar dalam aksi protes, lokakarya, counter KTT dsb
Mediated mobilization secara fundamental intervensionis dalam tujuan, praktik, dan etos.
Yaitu :
1.      aspek makro, mobilisasi termediasi membantu gerakan terlibat dalam kerja lembaga sosial dan politik. Pada tingkat menengah, mempengaruhi pengorganisasian dan struktur organisasi gerakan sosial itu sendiri.
2.      level mikro, interpersonal / tingkat individu, sifat intervensionis mobilisasi termediasi adalah aspek "prefigurative" aktivis yang menempatkan nilai-nilai dan komitmen praktik hidup sehari-hari sebagai contoh kepada orang lain, bagaimana tindakan pribadi dapat mempromosikan perubahan sosial dan politik.         


REFERENSI :
SAP Media Baru Universitas Bunda Mulia “Mediated Mobilization”


Respon Paper Commons Knowledge by Lauritha

RESPON PAPER
“COMMONS KNOWLEDGE”
Lauritha Riama Elistiana Hutabarat

            Di Amerika mengatakan terdapat 5 hal mendasar (5C) yang mengubah kebiasaan manusia modern dalam bermedia, yaitu :
1. Choice
2. Conversation
3. Curation
4. Creation
5. Collaboration
            Dimana manusia jaman modern sekarang ini lebih memilih dan menggunakan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan media baru. Baik yang didalamnya ada kreasi yang dibuat oleh para induvidu atau group didalamnya.
            Collaboration, biasa dalam collaboration berkaitan dengan pola perilaku yang berkembang di era digital dalam hal penelusuran, berbagi, dan penciptaan informasi secara kolaboratif. Dimana tujuan kolaborasi biasanya tidak semata-mata pemecahan masalah tetapi juga dalam pencarian informasi. Yang berpartisipasi mulai dari perinduvidu sampai dengan per group.
            Crowdsourcing, yang berasal dari kata  kata Crowd (kerumunan orang) dan Sourcing (kata kerja dari Source) yang berarti sumberdaya. Jadi mempunyai pengertian suatu sistem atau konsep yang sumber daya berbasis kerumunan.
            Menurut Jeff P. Howe, crowdsourcing adalah suatu aktifitas atau tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan/institusi yang mengambil salah satu fungsi pekerjaan/tugas yang seharusnya dilakukan karyawannya, disebarluaskan secara terbuka dan bebas untuk orang banyak/kerumunan yang terkoneksi oleh komputer, dalam hal ini Internet.
            Common, Commons Based Peer Production adalah model baru dalam produksi yang bersifat inovatif dan kolaboratif. Biasanya berlangsung Melalui platform digital (Benkler, 2006). Ditandai dengan relasi antara per group, berbeda dengan hirarki tradisional dan hubungan berdasar kontrak, dengan pertukaran transaksi terbatas.
            Crowdsourcing mempunyai dua konsep yaitu umum dan khusus. Dimana yang umum biasanya, tidak terbatas dan tanpa memandang latar belakang pendidikan, warganegara , agama, amatir /profesional, bagi setiap orang yang ingin berkontribusi pada pemecahan masalah yang dilemparkan oleh individu, perusahaan/institusi, baik dibayar/royalti atau cuma-cuma.
            Dan konsep khusus yaitu, kebutuhan perusahaan/institusi untuk mendapat solusi atas permasalahan dengan biaya yang rendah dibandingkan dengan membayar SDM konvensional. Tujuannya agar masalah dapat ditangani cepat, tepat dan hemat biaya.
            Wikipedia merupakan salah satu bagian dari common knowledge, yang mempunyai dua aspek yaitu :
-          Perkembangan Wikipedia yang luar biasa dan popularitasnya sebagai referensi dasar untuk retang topik yang sangat luas dalam berbagai bahasa.
-          Kekhawatiran yang terus berkembang tentang kualitas Wikipedia – dalam hal kredibilitas, akurasi, validitas, dan bahkan nilai epistemi (diantara filsuf).
Ketidakpercayaan pihak berwenang pada common knowledge berkaitan dengan otoritas pengetahuan dan proses gatekeeping dari pemilik organisasi dan manajer/editor. Berkaitan dengan scopenya common knowledge jelas kolaboratif, dalam partisipasi skala kecil. Dalam common knowledge efek berlaku dalam dua level :
› jumlah orang yang terlibat
› nilai dari sumber informasi yang diproduksi.
Common knowledge menciptakan komunitas heterotopic yang terdiri dari anggota yang menantang konvensi dari otoritas studi dengan etos komunikasi yang kuat, kecenderungan untuk debat terbuka secara luas tetang fakta atau interpretasi terkecil, dan kepatuhan terhadap konsensus didorong pengambilan keputusan editorial.
Tidak secara tegas intervensionis di awal pengembangan. Keberadannya belum tentu dirancang untuk menantang atau mengganggu pada sumber data dan situs lain; lebih sering dimulai sebagai "pelengkap" /”komplemen”dan bentuk lain dari ekspresi. Dapat berkembang menjadi pesaing kuat sekaligus bagi bentuk pengetahuan yang lebih otoritatif dan institusional.
Tidak secara tegas intervensionis di awal pengembangan. Keberadannya belum tentu dirancang untuk menantang atau mengganggu pada sumber data dan situs lain; lebih sering dimulai sebagai "pelengkap" /”komplemen”dan bentuk lain dari ekspresi. Dapat berkembang menjadi pesaing kuat sekaligus bagi bentuk pengetahuan yang lebih otoritatif dan institusional.
Terdapat dua cara pandang berbeda mengenai dampak teknologi digital dan perilaku membaca:
-          Teknologi mengancam perkembangan perilaku membaca.
-          Teknologi digital hanya mengubah sifat aktivitas membaca.
Jadi contoh yang ada dalam common knowledge yaitu Wikipedia, dimana semua orang dapat pengetahuan umum melalui wab. Yang didalamnya orang – orang bisa memilih, berkomunikasi dalam kolom komentar, berkreasi ingin menulis apapun dan juga berkolaborasi dengan tulisan – tulisan orang lain tentang hal pengetahuan tersebut.
Seperti kasus yang orang – orang banyak perbincangkan dan bahas. Saya mengambil kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang diracuni dengan kopi Vietnam. Kasus beliau diangkat dan dibahas dalam Wikipedia, dimana banyak orang yang berkomentar dan mengutarakan pemikiran mereka dalam Wikipedia. Dan banyak orang yang menambah – nambahkan dari beberapa pemikiran dan pendapat dijadikan dalam satu artikel.


REFERENSI :
-          SAP Media Baru Universitas Bunda Mulia “Common Knowledge”
-          https://en.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Common_knowledge
-          https://id.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Wayan_Mirna_Salihin


Respon Paper Alternative Computing by Lauritha

TUGAS RESPON PAPER
“ALTERNATIVE COMPUTING”
Lauritha Riama Elistiana / 14130041


Membahas tentang alternative computing, hacktivism adalah gerakan yang menggunakan computer sebagai protes atas kebijakan pemerintah, social dan politik.  Dalam sistem komputer sekarang ini ada yang disebut sebagai hacker dan cracker. Dimana hacker adalah seseorang yang berusaha ingin memperbaiki system yang lemah agar menjadi lebih baik dan cracker adalah orang yang merusak.
            Jadi seorang hacker tersebut adalah orang yang baik dan berusaha untuk memperbaiki sistem demi kebaikan bersama. Lalu cracker adalah perusak – perusak yang masih belum begitu ngerti dan tidak bertanggung jawab dengan apayang diperbuat dalam satu sistem tersebut. Bisa dikatakan kalau mereka hanya iseng dan membuat kekacauan.
            Menurut tingkatannya, komputasi mempunyai kategori sebagai berikut :
·    - Black Hats, yaitu merupakan individu/kelompok yang mempunyai keahlian tinggi di bidang keamanan komputer dan memiliki motivasi untuk melakukan tindakan hacking pada sistem komputer dengan mendapatkan imbalan atas tindakannya tersebut.

·         - White Hats, merupakan individu/kelompok yang bertugas untuk menjaga keamanan sebuah sistem komputer agar dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang mungkin saja dapat merugikan dari pihak-pihak lain. Hacker seperti ini biasanya lebih dikenal dengan sebutan security analysts. Biasa mereka hanya mengetes sbeerapa kuat pertahanan suatu program agar tidak dibobol oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

·     - Gray Hats, merupakan individu/kelompok yang terkadang melakukan tindakan penyerangan / offensive terhadap suatu sistem, namun juga terkadang melakukan tindakan pengamanan / defensive terhadap suatu sistem yang terkait dengan keamanan jaringan. Jadi tingkatan ini berada ditengah – tengah antara White Hats dan Black Hats.

·         Suicide Hackers, merupakan individu/kelompok yang mempunyai visi utama untuk menyerang obyek-obyek vital kenegaraan untuk tujuan tertentu dan tidak khawatir dengan ancaman hukuman yang mengincarnya. Level ini menurut saya merupakan level yang paling tinggi karena sudah tidak memiliki rasa takut sama sekali dengan resiko yang akan ditanggungnya nanti.

Contoh dari crekers yaitu pembobolan internet banking milik bank BCA pada tahun 2001.  Kasus tersebut dilakukan oleh seorang mantan mahasiswa ITB Bandung dan juga merupakan salah satu karyawan media online (satunet.com) yang bernama Steven Haryanto. Anehnya Steven ini bukan Insinyur Elektro ataupun Informatika, melainkan Insinyur Kimia. Ide ini timbul ketika Steven pernah salah mengetikkan alamat website. Dia telah membuat beberapa situs yang sama persis dengan situs internet banking BCA yang beralamat di www.klikbca.com.
 Jadi kalau kita masuk ke alamat situs tersebut akan muncul tampilan situs internet yang sama persis dengan situs klikbca.com. Hanya saja saat melakukan login, kita tidak akan bisa masuk ke fasilitas internet banking bca dan akan tertera pesan "The page cannot be displayed". Fatalnya, dengan melakukan login di situs-situs itu, user name dan PIN internet kita akan terkirim langsung pada sang pemilik situs.
Contoh dari hackers lainnya lagi yang baru – baru muncul adalah munculnya videotron mesum di Jalan Iskandarsyah di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sekitar pukul 13.00 WIB. Videotron mesum tersebut dinilai sebagai sebuah aktivitas hacking yang dilakukan oleh hacker. Dimana hacker melakukan serangan dengan cara mengirimkan virus ke sebuah aplikasi yang biasa digunakan oleh PT Transito Adiman Jati untuk menampilkan suatu video.
 Lalu virus yang dikirimkan tersebut kemudian akan menyambungkan secara otomatis ke situs yang menampilkan video porno. Password juga dikuasai oleh si hacker sehingga mereka tidak dapat melakukan apa – apa. Videotron yang menampilkan video mesum tersebut ditaruh didekat kantor walikota Jakarta Selatan. Dan sesungguhnya masih belum diketahui apa motif yang sebenarnya yang diinginkan oleh si hacker tersebut. Karena saat ini hacker yang menjadi pelaku pembobol videotron mesum tersebut belum menuntut apa pun.
            Seorang hackers memang sangat membahayakan dan merugikan banyak pihak. Jika dilihat dari dua contoh diatas, mereka sangat merugikan pihak – pihak yang berkaitan. Dan sangat sulit untuk ditebak maunya apa, karena mereka tidak menjelaskan apa yang menjadi titik perkara. Sedangkan menurut teori yang kita tahu, seorang hackers biasanya mempunyai tujuan untuk memprotes sesuatu yang tidak mereka sukai melalui sistem jaringan komputer. Namun, satu hal yang dapat dipelajari yaitu dengan adanya kejadian tersebut, membuat sang pemilik atau orang – orang yang berkaitan menjadi lebih hati –hati karena ternyata jaringan sistem komputer mereka sangat jelek sehingga dapat dibobol oleh seorang hackers. Dan mungkin juga bisa menjadi pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi, serta jangan meremehkan orang – orang yang dianggap tidak penting.

Referensi/Daftar Pustaka :
-          SAP Mata Kuliah Media Baru dan Masyarakat, Universitas Bunda Mulia – Jakarta
-          Ebook Fenomena Hactivisme dan Permasalahannya - Prof. Richardus Eko Indrajit

-          http://jakarta.bisnis.com/read/20160930/77/588595/pt-transito-adiman-jati-tuding-hacker-penyebab-videotron-mesum

Respon Paper Commons Knowledge by Stephanie

Respon Paper
Commons Knowledge
Stephanie Leonardi 14130038

Berkaitan dengan pembahasan mengenai Commons Knowledge yang merupakan genre yang membahas tentang pengetahuan umum yang dihubungan dengan era media baru. Seperti dalam sebuah kajian di Amerika mengatakan terdapat 5 hal mendasar (5C) yang mengubah kebiasaan manusia modern dalam bermedia yaitu Choice, Conversation, Curation, Creation dan Collaboration. Kolaborasi berkaitan dengan pola perilaku yang berkembang di era digital dalam hal penelusuran, berbagi, dan penciptaan informasi secara kolaboratif. Tujuan kolaborasi tidak semata-mata pemecahan masalah tetapi juga dalam pencarian informasi. Partisipasi dalam kolaborasi online berkaitan dengan peer group dan minat individual.

Commons Knowledge telah menjadi fitur penting lanskap kontemporer dari media sosial dan web 2.0, dan berkembang menjadi pesaing kuat sekaligus komplemen bagi bentuk pengetahuan yang lebih otoritatif dan institusional. Kajian tentang Wikipedia berkisar pada dua aspek yaitu :
-         Perkembangan Wikipedia yang luar biasa dan popularitasnya sebagai referensi dasar untuk retang topik yang sangat luas dalam berbagai bahasa.
-         Kekhawatiran yang terus berkembang tentang kualitas Wikipedia dalam hal kredibilitas, akurasi, validitas, dan bahkan nilai epistemi (diantara filsuf) .

Karakteristik Common Knowledge pertama disebut sebagai "Ambisi Aleksandria". Istilah berasal dari Library of Alexandria, Mesir (300 SM) yang merupakan koleksi terbesar dari naskah berbahasa Yunani dan tempat yang memuat semua pengetahuan yang tercatat dari peradaban kuno. Siapapun dapat berkontribusi untuk Wikipedia; Saat ini Wikipedia memiliki sekitar 12,4 juta kontributor terdaftar, meskipun tidak diketahui jumlah kontributor tidak secara resmi terdaftar. Pada pertengahan 2010 jumlah artikel mencapai lebih dari 15 juta artikel dalam 270 bahasa (update harian tersedia di wikipedia).

          Sistem klasifikasi formal / Taksonomi mengelompokkan objek pengetahuan dalam kategori tertentu. Kategori harus akurat dan menjadi representasi realita. Folksonomi sistem “pengorganisasian terbuka”, yaitu klasifikasi, yang dibuat oleh pengguna Informasi yang bersifat lokal, informal, praktis bahkan menyenangkan. Pendekatan folksonomik, membebaskan user untuk mengatur sendiri, bagaimana berkontribusi, mengedit, dan membuat link antara materi apa pun yang mereka pilih, dan untuk mengidentifikasi dan mengubah data melalui proses konsensus dengan intervensi minimal dari struktur.

          Pengetahuan umum dapat diperoleh dimana saja termasuk didalam era canggih sekarang ini yaitu era media baru via internet, langsung bisa menghubungkan keseluruh channel yang ada. Didalam media baru dalam memberikan efektivitas mengenai pengetahuan umum tentu tidak semua yang dipaparkan benar adanya, tergantung tingkat kepercayaan seseorang atau tingkat kredibilitas suatu situs atau pun website.

Seperti halnya Wikipedia ini. Wikipedia adalah proyek ensiklopedia multibahasa dalam jaringan yang bebas dan terbuka, yang dijalankan oleh Wikimedia Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat. Nama Wikipedia berasal dari gabungan kata wiki dan encyclopedia. Wikipedia dirilis pada tahun 2001 oleh Jimmy Wales dan Larry Sanger, dan kini merupakan karya referensi paling besar, cepat berkembang, dan populer di Internet. Proyek Wikipedia bertujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan manusia. Keistimewaan Wikipedia adalah selain menyajikan informasi yang biasa ditemui di dalam sebuah ensiklopedia, Wikipedia juga memuat artikel-artikel yang biasanya ditemukan di dalam almanak, majalah spesialis, dan topik-topik berita yang masih hangat. Banyak orang yang menggunakan Wikipedia ini untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan rumah.

Membahas Wikipedia. Tentu kita masih ingat mengenai kasus pembunuhan Engeline, bocah perempuan yang dibunuh dengan sangat sadis di Bali belum lama ini. Kasus Pembunuhan Engeline ini pun menjadi sorotan umum, termasuk menjadi konten pengetahuan umum di Wikipedia. Pembunuhan Engeline Megawe merupakan peristiwa kekerasan terhadap anak perempuan berusia delapan tahun yang terjadi di Kota Denpasar, Bali pada tanggal 16 Mei 2015. Peristiwa ini menjadi populer dalam berbagai media di Indonesia diawali dengan pengumuman kehilangan anak tersebut (semula disebut Angeline) dari keluarga angkatnya melalui sebuah laman di facebook berjudul "Find Angeline-Bali's Missing Child".

Besarnya perhatian dari berbagai pihak membuat terungkapnya kenyataan bahwa Engeline selama ini tinggal di rumah yang tidak layak huni dan mendapat pengasuhan yang kurang baik dari orangtua angkatnya bahkan mendapatkan penyiksaan baik fisik maupun mental. Akibat sikap yang sangat tertutup dan tidak kooperatif dari ibu angkatnya, Margriet Christina Megawe (61 tahun), memunculkan dugaan bahwa Engeline hilang bukan karena diculik melainkan karena dibunuh. Bahkan sebelum jenazahnya ditemukan. Jasad Engeline kemudian ditemukan terkubur di halaman belakang rumahnya di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2015 dalam keadaan membusuk tertutup sampah di bawah pohon pisang setelah polisi mencium bau menyengat dan melihat ada gundukan tanah di sana. Selanjutnya polisi menyelidiki lebih mendalam dan menetapkan dua orang tersangka pembunuh, yaitu Agus Tay Hamba May, pembantu rumah tangga, dan Margriet Christina Megawe, ibu angkatnya.

Kasus ini sangat menarik perhatian masyarakat dan menjadi contoh pengetahuan umum dalam era media baru yaitu internet dalam situs atau pun website. Berita mengenai pembunuhan Engeline tersebut tentu banyak beredar. Dan Wikipedia memposting kasus tersebut menjadikan berita tersebut memiliki kredibilitas tinggi dan benar adanya informasi dalam konten tersebut.

Dikutip dari A Handbook for Students (https://integrity.mit.edu/handbook/citing-your-sources/what-common-knowledge) bahwa secara garis besar Common Knowledge mengacu pada informasi yang rata-rata orang telah mengetahuinya. Jika dikaitkan dengan kasus pembunuhan Engeline yang ada di konten Wikipedia. Tentu konten atau isi dari informasi tersebut bukanlah informasi yang rata-rata oleh telah mengetahuinya, melainkan bahwa hal tersebut merupakan informasi yang rata-rata orang tahu jika orang-orang tersebut suka menonton berita dan mengikuti berita yang ada, jika orang-orang yang memiliki keterbatasan jaringan dan alat tentu tidak akan tahu tentang informasi seperti kasus Engeline yang dimuat di Wikipedia tersebut.


Daftar Pustaka
SAP Mata Kuliah Media Baru dan Masyarakat, UBM, Jakarta

Respon Paper Mediated Mobilization by Stephanie

Respon Paper
“Mediated Mobilization”
Stephanie Leonardi 14130038


          Berkaitan dengan pembahasan mengenai Mediated Mobilization yang merupakan genre yang membahas tentang pergerakan media yang terus berkembang. Pergerakan tersebut membuat khalayak memiliki kesadaran tersendiri untuk bertindak terhadap suatu fenomena yang sedang terjadi. Semisal saat ada demonstrasi, mungkin media yang biasanya meliput juga pasti akan ada disana untuk mengabadikan momen tersebut, tetapi terkadang apa yang diberitakan media mempunyai pro dan kontranya masing-masing. Maka dari itu setiap apa yang diberitakan oleh media, sebaiknya kita sebagai pembaca dan khalayak sekaligus harus mampu menyaring berita mana yang benar untuk dicerna atau hanya “settingan” semata saja. tidak dipungkiri bahwa banyak sebagian dari penikmat berita tersebut sudah terlena dengan apa yang selalu disiarkan oleh berita tanpa mencernanya terlebih dahulu. Ini menyebabkan banyaknya perdebatan yang terkadang harus lebih diperhatikan serta lebih kompleks.

          Mobilisasi media ini pun mencakup mengenai berbagai gerakan social didalamnya. Mobilisasi dan gerakan social ini pun juga tergantung pada kemampuan setiap individu untuk sadar dalam hal membangun jaringan, mencari dan memberitakan informasi, membuat rekomendasi serta mengumpulkan dan menawarkan modal reputasi dan kepercayaan secara online.

          Jika kita melihat beberapa hari yang lalu, tentu masih ingat di benak kita semua mengenai demonstrasi 4 November 2016 lalu yang mengecam Ahok dengan kecaman penistaan agama. Demo yang berpusat di Istana Negara tersebut menuai perhatian masyarakat dari seluruh pelosok negeri dan luar negeri. Ini tentu menjadi momok penting bagi perkembangan mobilisasi media karena tidak semua berita yang muncul saat itu benar adanya.

          Banyak pemberitaan yang muncul menjelang demo dan di hari demo tersebut. Pemberitaan yang muncul seperti adanya aksi ricuh sebelum demo berlangsung, adanya juga demo di tempat lain dan tidak bersikap damai. Tetapi jika kita mengkaji lebih lanjut demo aksi damai 4 November 2016 tersebut menjadi pusat perhatian khalayak dan menjadi berita trending beberapa hari ini.

          Banyaknya isu kebencian dan kebohongan yang disebarkan oleh media membuat khalayak menjadi takut akan adanya demo tersebut. Yang seakan-akan aka nada demo besar-besaran dan membahayakan. Padahal pihak kepolisian dan Kapolri pun sudah berjaga-jaga dan mengantisipasi bagaimana menjaga ketat berlangsungnya demonstrasi tersebut agar tetap berjalan lancar dan damai dari awal hingga akhir. Pihak yang berwajib pun juga menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak khawatir berkaitan dengan adanya aksi demonstrasi ditanggal 4 November 2016 tersebut dan menghimbau untuk tidak langsung percaya dengan adanya berita simpang-siur yang hanya memecahkan keutuhan bangsa dan Negara.

          Mobilisasi media pun sangat terlihat pada aksi demonstrasi 4 November 2016 yang lalu. Semua media menyorot dari sisi yang kebanyakan negative karena memang aksi demo tersebut tidak membawa dampak baik bagi masyarakat. Hanya mengadu domba saja antar golongan. Padahal jelas kita ini masyarakat Indonesia yang berpegang teguh terhadap Pancasila yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada perbedaan yang harus dispesifikan. Maka dari itu kita sebagai khalayak atau penikmat informasi harus bisa mengetahui mana hal yang sesuai dengan akal agar tidak begitu saja dibodoh-bodohi oleh media. Harus pintar memilah-milah berita mana saja yang bisa diambil kebenarannya dan tidak menelan mentah-mentah berita yang ada.

          Karena jika hanya menelan mentah-mentah berita yang ada, malah menimbulkan kesalahpahamanan yang seharusnya tidak terjadi. Membahas demo 4 November 2016 tersebut menjadi topic yang sangat digemari oleh masyarakat akhir-akhir ini. Sebagai seorang khalayak dan penikmat informasi tentu saya sebenarnya tidak begitu setuju dengan adanya aksi demo tersebut yang banyak rumor berkata demo tersebut hanyalah untuk “kepentingan pribadi” saja bukan sepenuhnya untuk kelangsungan bangsa dan Negara, tentu ini sangat pilu jika memang benar terjadi. Tentu kerusuhan dan penjarahan yang terjadi di Luar Batang menjadi akibat dari “kepentingan pribadi” tersebut.

Terlebih banyak informasi yang mengatakan sebenarnya ada settingan video perkataan Ahok yang dihilangkan oleh Buni Yani. Kalaupun memang benar terjadi ini sungguh kejam sekali, karena potongan tersebut yang terkena dampaknya pun kita semua. Jalur jalanan lumpuh total, masyarakat pun menjadi takut beraktivitas diluar karena mendapati berita-berita yang membahayakan. Tentu hal ini harus dikritisi lebih lanjut, keadilan adalah milik semua orang terlebih untuk bangsa dan Negara kita ini. Hal seperti itu harus dikaji dan ditindak lebih lanjut agar tidak terjadi kejadian seperti aksi demo 4 November 2016 kemarin. Yang merugikan banyak hal dan banyak orang, terlebih lagi sampai melakukan aksi criminal penjarahan dan perusakan di Luar Batang malam harinya.

          Dilihat dari Demo 4 November kemarin tentu menjadi contoh bagaimana caranya menggerakan orang sebegitu banyaknya untuk melakukan kegiatan untuk tujuan tertentu? Ini menjadi contoh yang sangat konkrit jika dikaitkan dengan genre Mediated Mobilization. Berdasarkan isu yang beredar, ada “oknum-oknum” tertentu yang menjadi penyokong dana untuk para pengikut demo tersebut, seperti kata pepatah ada udang dibalik batu. Tentu menggerakan orang yang cukup banyak seperti itu tidaklah mudah, maka dari itu mobilisasi yang dilakukan juga pasti memuat maksud tertentu untuk tujuan tertentu.

Daftar Pustaka
SAP Mata Kuliah Media Baru dan Masyarakat, UBM, Jakarta

Respon Paper Participatory Journalism by Stephanie

Respon Paper
Participatory Journalism
Stephanie Leonardi 14130038

Berkaitan dengan pembahasan mengenai Participatory Journalism yang merupakan genre yang membahas tentang aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh khalayak sendiri dan berpartisipasi didalamnya. Media baru ini memiliki tiga perspektif yaitu Utopian, Dystopian, Technorealism. Utopian merupakan perspektif terbuka dengan kehadiran media baru, dengan adanya media baru tersebut khalayak menjadi sangat terbuka dengan menerima segala sisi dari isi berita yang diberitakan. Dengan kata lain, khalayak menerima mentah-mentah informasi yang berasal dari media dan tidak mencerna lebih baik lagi.

Lalu, Dystopian merupakan perspektif negative terhadap segala pemberitaan melalui media. Karena khalayak berfikir bahwa semua berita yang ada di media itu negative dan tidak benar, maka dari itu perspektif ini memiliki kecenderungan yang sinis terhadap media. Yang ketiga yaitu Technorealism merupakan perspektif yang lebih netral, tidak memihak secara terbuka ataupun negative. Perspektif ini merupakan jalur tengah antara Utopian dan Dystopian. Media baru membawa dampak baik untuk beberapa aspek seperti aspek social, politik dan negative tetapi tetap kritis terhadap dampak negative dari adanya teknologi tersebut. Bisa berfikir lebih realistis terhadap suatu pemberitaan yang ada di media.

Adanya Citizen Journalism atau Participatory Journalism tentu membawa dampak positif dan negative didalamnya. Karena tidak semua berita yang disiarkan itu benar adanya, sebab yang melakukan pencarian inti berita yaitu orang awam yang kurang pengetahuan dan kurang professional dalam lingkup jurnalistik.

Dampak positifnya tentu membantu media mendapatkan berita tercepat dan terupdate karena masyarakat sekitar yang mencari tahu informasi serta media foto atau video mengenai suatu kejadian tersebut. Jadi seperti memiliki bukti konkrit dan nyata terhadap suatu kejadian yang ada walaupun kru media tidak ada di tempat kejadian perkara. Menambah wawasan dan informasi bagi masyarakat tersebut dalam hal jurnalistik seperti menjadi lebih tahu bagaimana alur jalannya suatu berita bisa disiarkan seperti headline news yang sangat genting untuk diberitahukan ke masyarakat luas. Masyarakat serta khalayak menjadi lebih tahu tentang berita yang ada, lebih cepat dari biasanya.

Dampak negatifnya tentu tidak semua berita yang disiarkan oleh masyarakat itu sendiri benar adanya dan bisa saja berita tersebut bersifat hoax atau palsu. Karena tingkat kepercayaan berita tersebut masih belum bisa dipercaya, sebab yang melakukan juga orang yang awam akan media dan dunia jurnalistik. Oleh karena itu Participatory Journalism dilakukan oleh orang yang kurang paham dan tidak seproffesional wartawan, pencari berita, pembuat berita pada umumnya.  Karena mereka tidak memiliki ilmu basic atau ilmu awal tentang bagaimana menulis berita, membuat berita, meliput berita, apa yang harus diliput dan apa yang harus diberitakan dan lain sebagainya.

Citizen Journalism adalah praktek jurnalisme yang dilakukan oleh non profesional jurnalis dalam hal ini oleh warga. Citizen Journalism (Jurnalisme Warga) adalah warga biasa yang menjalankan fungsi selayaknya jurnalis profesional yang pada umumnya menggunakan channel media baru yaitu internet untuk menyebarkan informasi dan berita yang mereka dapat. Shayne Bowman dan Chris Willis lantas mendefinisikan citizen journalism sebagai ‘…the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information”.
Ada beberapa istilah yang dikaitkan dengan konsep Citizen Journalism. Public journalism, Advocacy Journalism, Participatory Journalism, Participatory Media, Open Source Reporting, Distributed Journalism, Citizens Media, Grassroot Journalism, sampai We-media. J.D. Lasica, dalam Online Journalism Review (2003), mengategorikan media Citizen Journalism ke dalam 5 tipe yaitu :
1.  Audience participation (seperti komenter user yang diattach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas)
   2. Situs web berita atau informasi independen (Consumer Reports, Drudge Report)
   3.  Situs berita partisipatoris murni (OhmyNews)
   4.  Situs media kolaboratif (Slashdot, Kuro5hin)
  5.  Bentuk lain dari media ‘tipis’ (mailing list, newsletter, e-mail)
   6. Situs penyiaran pribadi (situs penyiaran video, seperti KenRadio)

            Jika dikaitkan dengan contoh seperti Metro TV yang memiliki channel tersendiri untuk para warga Citizen Journalism memberikan berita yang mereka dapatkan. Bisa dalam bentuk tulisan maupun hanya video saja. Seperti saat Tsunami Aceh waktu itu pertama kalinya yang mengetahui dan merekam momen tersebut adalah warga bencana Tsunami itu sendiri, warga itu merekam kejadian naasnya Tsunami menyapu Aceh dengan cepatnya. Karena rekaman tersebut banyak media yang tertarik dengan video yang direkam oleh warga tersebut. Sejak itu Citizen Journalism mulai dikenal masyarakat dan mulai lebih banyak bentuknya. Tidak hanya gambar, video juga tulisan yang menggambarkan suatu kejadian.
           
            Seperti konten di Kompasiana yang dibuat oleh warga biasa yaitu memberikan komentar mengenai kinerja baik Jenderal Tito selaku Kapolri. Ini juga merupakan salah satu bentuk jurnalisme warga yang meliput dan mengamati kinerja baik Jenderal Tito dari jauh lalu membuat kontennya di internet yaitu di Kompasiana.

Daftar Pustaka
SAP Mata Kuliah Media Baru dan Masyarakat, UBM, Jakarta
Modul mata kuliah Jurnalisme Online, Yohanes Widodo