Selasa, 29 November 2016

Apa itu Culture Jamming? (Makalah Kelompok)

I.                   PENGERTIAN
Culture Jamming merupakan suatu hal yang meneror masyarakat untuk melawan suatu corporate. Budaya artistik "terorisme" ditujukan terhadap masyarakat informasi di mana kita hidup. Budaya jamming sebagai suatu aliran alternatif dan bagian dari media baru. Culture jamming mengambil bentuk budaya populer, mengemas ulang menjadi pesan baru dengan tujuan menumbangkan dan mengkritisi budaya tersebut.
Culture Jamming merupakan :
-         Gerakan sosial yang aktif melakukan aksi perlawanan terhadap periklanan mainstream di Amerika dan Eropa.
-          Gerakan anti-konsumtivisme atau anti-korporat.
-   Bentuk-bentuk komunikasi iklan dengan suatu karya seni ekstrim yang sifatnya 'menghancurkan' atau 'membelokkan' pesan dari iklan tersebut.
-   Culture Jamming sering dikaitkan dengan subvertising, spoof ad, meme dan détournement.
Menurut Dery, San Francisco seni- band rock Negativland menciptakan istilah "jamming budaya" pada tahun 1984 untuk menggambarkan perubahan billboard dan seni bawah tanah lainnya yang berusaha untuk menjelaskan sisi gelap computer. Budaya jamming menangkap gambar dan ide-ide dari budaya media mainstream untuk membuat titik kritis, atau sebagai desainer Media Yunus Peretti telah menempatkan itu, itu adalah "strategi yang mengubah kekuasaan korporasi terhadap dirinya sendiri dengan memilih co, hacking, mengejek, dan re- mengontekstualisasikan makna" (Peretti, 2001a, hlm. 1).
Para pelaku culture jamming juga biasa disebut dengan jammers. Culture jamming menurut Stuart Ewen (kritikus social) adalah serangan pada kekuatan yang mendominasi publik, yang membombardir dengan gambar-gambar dan tanda-tanda yang memanipulasi makna sejati, dan menyesatkan publik. Beberapa nama yang dikenal dan masih aktif Adbusters, Ron English, Banksy, Billboard Liberation Front (BLF), dsb. Cultural jammer pada umumnya melihat nilai-nilai sosial, budaya, politik dibelokkan oleh kepentingan komersil.
    Namun secara sederhana culture jamming dapat diartikan sebagai suatu gerakan design yang keberadaan awalnya muncul didasarakan sikap anti kapitalisme, dan menjadikan desain sebagai jembatan sikap kontra mereka terhadap segala produk dari kapitalisme.
Culture jamming menuangkan berbagai ide melalui media untuk membuat masyarakat menjadi berpikir lebih kritis. Hal tersebut juga bisa dijadikan sebagai strategi bagi suatu perusahaan untuk membuat produknya menjadi lebih dikenal.
Aksi perlawanan terhadap periklanan mainstream memang banyak ditemukan di negara-negara di luar Indonesia, seperti di daerah Eropa. Para jammers ingin mengkomunikasikan anti-konsumtivisme atau anti-korporat.         
Mereka ingin menantang bentuk-bentuk komunikasi iklan mainstream dengan suatu karya seni ekstrim yang sifatnya ’menghancurkan’ atau ’membelokkan’ pesan dari iklan mainstream tersebut. Sebagian membuat iklan-iklan parodi yang mengejek atau menyindir suatu iklan yang dianggap terkait dengan suatu isu buruk tertentu. Metode yang digunakan pun bermacam-macam. Ada yang membuat versi parodi suatu iklan dalam media terpisah, tetapi ada juga yang secara langsung mengubah atau merusak visual asli iklan tersebut. Gerakan semacam ini kemudian disebut dengan Culture Jamming.
Jika ditinjau dari awal pergerakannya hingga sekarang, dapat diasumsikan bahwa Culture jammer terus bertahan dari generasi ke generasi. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak bermunculan aksi Culture Jamming.
      Aksi Culture Jamming :
-          Mengubah atau mencipta ulang visualisasi logo, fashion atau citra produk dengan tujuan menantang pemikiran “mana yang lebih baik?
-          Mengusik proses berpikir audiens saat melihat iklan populer, dengan menyajikan suatu pesan baru yang memanfaatkan pesan asli iklan. Pesan asli dihancurkan dan diambil alih agar menimbulkan efek yang berbeda.

II.                SEJARAH
Berdasarkan artikel dalam  Koran New York Times tahun 1990, Pengkritik budaya Mark Dery mengungkapkan bahwa culture jamming terlihat dari ungkapan – ungkapan kasar tentang subkultur yang dituangkan dijalan, seni graffiti, billboard dan halte bus.
Culture jamming ini berawal dari kegiatan billboard banditry, yaitu papan reklame yang bertujuan menyisipkan pesan tertentu. Yang pertama tercatat melakukan adalah kelompok yang kemudian menamai diri Billboard Liberation Front (BLF) di San Francisco di akhir tahun 70’an. Billboard Banditry ini berbeda dengan vandalisme yang sekadar mencoret-coret sebuah reklame. Penggunaan kertas dan lem yang bisa dilepas dengan mudah dari reklame juga hal yang membedakan dengan vandalisme yang biasanya menggunakan cat semprot.


(Source: Google)
Berikut adalah salah satu contoh billboard banditry oleh BLF yang memodifikasi reklame rokok Marlboro.
Budaya jamming juga telah beragam  dan berkembang seperti pesan dan teknologi yang tersedia dalam budaya yang lebih luas. Terdiri dari media cetak, dan  televisi. Seperti contohnya  acara televisi yang merupakan sebuah bentuk culture jamming adalah The Daily Show dari Comedy Central. Acara yang berbentuk layaknya sebuah program berita televisi ini menampilkan ironi-ironi yang terjadi di dunia politik Amerika Serikat dan Internasional dengan gaya satire. Hal ini menjadikan The Daily Show adalah culture jamming karena melakukan kritik terhadap ironi aktor-aktor politik melalui media televisi dalam bentuk parodi berita dengan gaya satire. The Daily Show with Trevor Noah, acara komedi yang menampilkan laporan berita politik dengan gaya satire dan ironi.

III.             MASUKNYA CULTURE JAMMING SEBELUM MEDIA BARU
       Gelombang jamming budaya "surveilans kontra" proyek juga muncul sebagai respon politik untuk meningkatnya penggunaan televisi sirkuit tertutup (CCTV) dan kamera pengintai. Kemungkinan budaya jamming proyek telah beragam seperti pesan dan teknologi yang tersedia dalam budaya yang lebih luas. Terdiri dari media cetak, dan televisi.
Media yang digunakan:
-          Media cetak: majalah, spoof ad poster ( contoh: Adbuster magazine)
-    Media-media seni outdoor indoor : poster, billboard (contoh: Ron English, Culture jammer dan BLF)
-          Video: format liputan, essay atau spoof)
-         Televisi : TVC ž Happening art (“Buy nothing day”, “Digital Detox Day”)

IV.             MASUKNYA CULTURE JAMMING DALAM MEDIA BARU
Pada akhir 1990, jamming budaya telah menjadi taktik yang akrab di kalangan aktivis media, dan dibahas secara luas di kalangan sarjana media (Carducci, 2006; Harold, 2004; Wettergren, 2009).  Namun, memasuki babak baru dan lebih kuat dengan  pengenalan World Wide Web dan browser teknologi.  Misalnya, dalam  pekerjaan  mereka, hukum kekayaan intelektual alamat Seni Ilegal kolektif semakin ketat dan hukuman sebagai pengekangan pada pekerjaan kreatif dan kebebasan berekspresi.
Yunus Peretti ini "Nike Media Petualangan" menunjukkan bagaimana online dapat mempengaruhi visibilitas bahkan proyek terkecil (Peretti, 2001a, 2001b; lihat juga Wasik, 2009).
Culture jamming memasuki fase baru dan semakin kuat dengan hadirnya WWW dan teknologi perambah. Aktivis dan seniman secara cepat mengadopsi digital media untuk menyasar audiens baru, menggalang dukungan, mengorganisasi aksi protes dan aksi bersama. Kemudian masuknya culture jamming ke dalam media baru dikarenakan munculnya parody – parody dalam situ – situs online. Dimana situs tersebut tersebar dalam internet. Beberapa contoh dari situs- situs tersebut seperti Theonion.com, Newslo.com, dan Posronda.net. Ketiganya mempunyai konsep dasar yang sama yaitu parodi situs berita satire. Meskipun secara konsep dasar ketiganya sama, tentu ada keunikan dari masing-masing situs tersebut.
Theonion.com, Pertama kali muncul dalam bentuk koran dan kemudian kini menjadi media online bahkan sudah merambah ke media audio video. Keunikannya dari situs ini adalah kontennya yang berisikan fake news, dimana hampir sepenuhnya dalam konten ini tidak ada faktanya. Meskipun tidk ada fakta didalamnya, biasanya konten berita yang dibuat-buat ini menampilkan ironi dari apa yang terjadi di dunia.
Newslo.com, dimana adanya pembagian antara isi berita yang fakta mana yang palsu. Dalam setiap artikel terdapat fakta yang bisa ditampilkan sebagai dasar dari satire yang disampaikan. Biasanya headlines yang dipakai adalah sebuah satire, ketika artikel tersebut dibuka ada opsi untuk menunjukkan fakta dari berita tersebut.
Posronda.net, merupakan situs yang berasal dari Indonesia. Situs ini terinspirasi dari Theonion.com. Situs ini merupakan situs mendedikasikan diri satire politik di Indonesia. Yang mempunyai tujuan entertinment, artikel yang dibuat dengan serius bahkan lebih serius dari artikel ¬ecek-ecek dengan judul bombastis yang sering kita temui di situs berita mainstream di Indonesia.

V.                KRITIK TERHADAP CULTURE JAMMING
Popularitas culture jamming menggunakan produk budaya populer untuk mengkritisi budaya populer banyak ditiru oleh budaya mainstream itu sendiri (meme,film, iklan, prog. TV). Kondisi tersebut terjawab dalam studi tentang culture jamming yaitu :
- Intervensi kecil culture jamming tetap menjadi tantangan bagi budaya populer walaupun dalam waktu singkat.
- Culture jamming sangat efektif menyebarkan humor, ironi, kesenangan, permainan dan absurditas sebagai senjata untuk mengekpos masalah sosial, ekonomi dan politik menggalang pendukung dan menyatukannya dalam aksi.
-  Aktivis seni dan teknologi saat ini memiliki potensi yang lebih besar dalam menjangkau atau mempengaruhi khalayak,dengan penggunaan teknologi media baru sebagai platform baik untuk menciptakan karya-karya baru dan membuat masyarakat tertarik.

CONTOH – CONTOH CULTURE JAMMING





(Source: Google)
 
Daftar Pustaka
o Leah A. Lievrouw.(2011).Alternative and Activist New Media: Digital Media and Society Series..Polity Press,Cambridge
o    SAP Mata kuliah Media Baru dan Masyarakat, UBM , Jakarta
o   Teori dan Riset Media Siber, Dr. Rulli Nasrulah, M.Si., Kencana Prenada Media, Jakarta (2014).
o  Converging Media, A new Introduction to Mass Communication, John V. Pavlik, Shawn Macintosh, Oxford University Press, New York (2011).
o Perkembangan Masyarakat Informasi & Teori Sosial Kontemporer, Rahma Sugihartati, Kencana Prenada Media, Jakarta (2014).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar