Selasa, 29 November 2016

Respon Paper Mediated Mobilization by Stephanie

Respon Paper
“Mediated Mobilization”
Stephanie Leonardi 14130038


          Berkaitan dengan pembahasan mengenai Mediated Mobilization yang merupakan genre yang membahas tentang pergerakan media yang terus berkembang. Pergerakan tersebut membuat khalayak memiliki kesadaran tersendiri untuk bertindak terhadap suatu fenomena yang sedang terjadi. Semisal saat ada demonstrasi, mungkin media yang biasanya meliput juga pasti akan ada disana untuk mengabadikan momen tersebut, tetapi terkadang apa yang diberitakan media mempunyai pro dan kontranya masing-masing. Maka dari itu setiap apa yang diberitakan oleh media, sebaiknya kita sebagai pembaca dan khalayak sekaligus harus mampu menyaring berita mana yang benar untuk dicerna atau hanya “settingan” semata saja. tidak dipungkiri bahwa banyak sebagian dari penikmat berita tersebut sudah terlena dengan apa yang selalu disiarkan oleh berita tanpa mencernanya terlebih dahulu. Ini menyebabkan banyaknya perdebatan yang terkadang harus lebih diperhatikan serta lebih kompleks.

          Mobilisasi media ini pun mencakup mengenai berbagai gerakan social didalamnya. Mobilisasi dan gerakan social ini pun juga tergantung pada kemampuan setiap individu untuk sadar dalam hal membangun jaringan, mencari dan memberitakan informasi, membuat rekomendasi serta mengumpulkan dan menawarkan modal reputasi dan kepercayaan secara online.

          Jika kita melihat beberapa hari yang lalu, tentu masih ingat di benak kita semua mengenai demonstrasi 4 November 2016 lalu yang mengecam Ahok dengan kecaman penistaan agama. Demo yang berpusat di Istana Negara tersebut menuai perhatian masyarakat dari seluruh pelosok negeri dan luar negeri. Ini tentu menjadi momok penting bagi perkembangan mobilisasi media karena tidak semua berita yang muncul saat itu benar adanya.

          Banyak pemberitaan yang muncul menjelang demo dan di hari demo tersebut. Pemberitaan yang muncul seperti adanya aksi ricuh sebelum demo berlangsung, adanya juga demo di tempat lain dan tidak bersikap damai. Tetapi jika kita mengkaji lebih lanjut demo aksi damai 4 November 2016 tersebut menjadi pusat perhatian khalayak dan menjadi berita trending beberapa hari ini.

          Banyaknya isu kebencian dan kebohongan yang disebarkan oleh media membuat khalayak menjadi takut akan adanya demo tersebut. Yang seakan-akan aka nada demo besar-besaran dan membahayakan. Padahal pihak kepolisian dan Kapolri pun sudah berjaga-jaga dan mengantisipasi bagaimana menjaga ketat berlangsungnya demonstrasi tersebut agar tetap berjalan lancar dan damai dari awal hingga akhir. Pihak yang berwajib pun juga menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak khawatir berkaitan dengan adanya aksi demonstrasi ditanggal 4 November 2016 tersebut dan menghimbau untuk tidak langsung percaya dengan adanya berita simpang-siur yang hanya memecahkan keutuhan bangsa dan Negara.

          Mobilisasi media pun sangat terlihat pada aksi demonstrasi 4 November 2016 yang lalu. Semua media menyorot dari sisi yang kebanyakan negative karena memang aksi demo tersebut tidak membawa dampak baik bagi masyarakat. Hanya mengadu domba saja antar golongan. Padahal jelas kita ini masyarakat Indonesia yang berpegang teguh terhadap Pancasila yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada perbedaan yang harus dispesifikan. Maka dari itu kita sebagai khalayak atau penikmat informasi harus bisa mengetahui mana hal yang sesuai dengan akal agar tidak begitu saja dibodoh-bodohi oleh media. Harus pintar memilah-milah berita mana saja yang bisa diambil kebenarannya dan tidak menelan mentah-mentah berita yang ada.

          Karena jika hanya menelan mentah-mentah berita yang ada, malah menimbulkan kesalahpahamanan yang seharusnya tidak terjadi. Membahas demo 4 November 2016 tersebut menjadi topic yang sangat digemari oleh masyarakat akhir-akhir ini. Sebagai seorang khalayak dan penikmat informasi tentu saya sebenarnya tidak begitu setuju dengan adanya aksi demo tersebut yang banyak rumor berkata demo tersebut hanyalah untuk “kepentingan pribadi” saja bukan sepenuhnya untuk kelangsungan bangsa dan Negara, tentu ini sangat pilu jika memang benar terjadi. Tentu kerusuhan dan penjarahan yang terjadi di Luar Batang menjadi akibat dari “kepentingan pribadi” tersebut.

Terlebih banyak informasi yang mengatakan sebenarnya ada settingan video perkataan Ahok yang dihilangkan oleh Buni Yani. Kalaupun memang benar terjadi ini sungguh kejam sekali, karena potongan tersebut yang terkena dampaknya pun kita semua. Jalur jalanan lumpuh total, masyarakat pun menjadi takut beraktivitas diluar karena mendapati berita-berita yang membahayakan. Tentu hal ini harus dikritisi lebih lanjut, keadilan adalah milik semua orang terlebih untuk bangsa dan Negara kita ini. Hal seperti itu harus dikaji dan ditindak lebih lanjut agar tidak terjadi kejadian seperti aksi demo 4 November 2016 kemarin. Yang merugikan banyak hal dan banyak orang, terlebih lagi sampai melakukan aksi criminal penjarahan dan perusakan di Luar Batang malam harinya.

          Dilihat dari Demo 4 November kemarin tentu menjadi contoh bagaimana caranya menggerakan orang sebegitu banyaknya untuk melakukan kegiatan untuk tujuan tertentu? Ini menjadi contoh yang sangat konkrit jika dikaitkan dengan genre Mediated Mobilization. Berdasarkan isu yang beredar, ada “oknum-oknum” tertentu yang menjadi penyokong dana untuk para pengikut demo tersebut, seperti kata pepatah ada udang dibalik batu. Tentu menggerakan orang yang cukup banyak seperti itu tidaklah mudah, maka dari itu mobilisasi yang dilakukan juga pasti memuat maksud tertentu untuk tujuan tertentu.

Daftar Pustaka
SAP Mata Kuliah Media Baru dan Masyarakat, UBM, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar