Selasa, 29 November 2016

Respon Paper Participatory Journalism by Stephanie

Respon Paper
Participatory Journalism
Stephanie Leonardi 14130038

Berkaitan dengan pembahasan mengenai Participatory Journalism yang merupakan genre yang membahas tentang aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh khalayak sendiri dan berpartisipasi didalamnya. Media baru ini memiliki tiga perspektif yaitu Utopian, Dystopian, Technorealism. Utopian merupakan perspektif terbuka dengan kehadiran media baru, dengan adanya media baru tersebut khalayak menjadi sangat terbuka dengan menerima segala sisi dari isi berita yang diberitakan. Dengan kata lain, khalayak menerima mentah-mentah informasi yang berasal dari media dan tidak mencerna lebih baik lagi.

Lalu, Dystopian merupakan perspektif negative terhadap segala pemberitaan melalui media. Karena khalayak berfikir bahwa semua berita yang ada di media itu negative dan tidak benar, maka dari itu perspektif ini memiliki kecenderungan yang sinis terhadap media. Yang ketiga yaitu Technorealism merupakan perspektif yang lebih netral, tidak memihak secara terbuka ataupun negative. Perspektif ini merupakan jalur tengah antara Utopian dan Dystopian. Media baru membawa dampak baik untuk beberapa aspek seperti aspek social, politik dan negative tetapi tetap kritis terhadap dampak negative dari adanya teknologi tersebut. Bisa berfikir lebih realistis terhadap suatu pemberitaan yang ada di media.

Adanya Citizen Journalism atau Participatory Journalism tentu membawa dampak positif dan negative didalamnya. Karena tidak semua berita yang disiarkan itu benar adanya, sebab yang melakukan pencarian inti berita yaitu orang awam yang kurang pengetahuan dan kurang professional dalam lingkup jurnalistik.

Dampak positifnya tentu membantu media mendapatkan berita tercepat dan terupdate karena masyarakat sekitar yang mencari tahu informasi serta media foto atau video mengenai suatu kejadian tersebut. Jadi seperti memiliki bukti konkrit dan nyata terhadap suatu kejadian yang ada walaupun kru media tidak ada di tempat kejadian perkara. Menambah wawasan dan informasi bagi masyarakat tersebut dalam hal jurnalistik seperti menjadi lebih tahu bagaimana alur jalannya suatu berita bisa disiarkan seperti headline news yang sangat genting untuk diberitahukan ke masyarakat luas. Masyarakat serta khalayak menjadi lebih tahu tentang berita yang ada, lebih cepat dari biasanya.

Dampak negatifnya tentu tidak semua berita yang disiarkan oleh masyarakat itu sendiri benar adanya dan bisa saja berita tersebut bersifat hoax atau palsu. Karena tingkat kepercayaan berita tersebut masih belum bisa dipercaya, sebab yang melakukan juga orang yang awam akan media dan dunia jurnalistik. Oleh karena itu Participatory Journalism dilakukan oleh orang yang kurang paham dan tidak seproffesional wartawan, pencari berita, pembuat berita pada umumnya.  Karena mereka tidak memiliki ilmu basic atau ilmu awal tentang bagaimana menulis berita, membuat berita, meliput berita, apa yang harus diliput dan apa yang harus diberitakan dan lain sebagainya.

Citizen Journalism adalah praktek jurnalisme yang dilakukan oleh non profesional jurnalis dalam hal ini oleh warga. Citizen Journalism (Jurnalisme Warga) adalah warga biasa yang menjalankan fungsi selayaknya jurnalis profesional yang pada umumnya menggunakan channel media baru yaitu internet untuk menyebarkan informasi dan berita yang mereka dapat. Shayne Bowman dan Chris Willis lantas mendefinisikan citizen journalism sebagai ‘…the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information”.
Ada beberapa istilah yang dikaitkan dengan konsep Citizen Journalism. Public journalism, Advocacy Journalism, Participatory Journalism, Participatory Media, Open Source Reporting, Distributed Journalism, Citizens Media, Grassroot Journalism, sampai We-media. J.D. Lasica, dalam Online Journalism Review (2003), mengategorikan media Citizen Journalism ke dalam 5 tipe yaitu :
1.  Audience participation (seperti komenter user yang diattach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas)
   2. Situs web berita atau informasi independen (Consumer Reports, Drudge Report)
   3.  Situs berita partisipatoris murni (OhmyNews)
   4.  Situs media kolaboratif (Slashdot, Kuro5hin)
  5.  Bentuk lain dari media ‘tipis’ (mailing list, newsletter, e-mail)
   6. Situs penyiaran pribadi (situs penyiaran video, seperti KenRadio)

            Jika dikaitkan dengan contoh seperti Metro TV yang memiliki channel tersendiri untuk para warga Citizen Journalism memberikan berita yang mereka dapatkan. Bisa dalam bentuk tulisan maupun hanya video saja. Seperti saat Tsunami Aceh waktu itu pertama kalinya yang mengetahui dan merekam momen tersebut adalah warga bencana Tsunami itu sendiri, warga itu merekam kejadian naasnya Tsunami menyapu Aceh dengan cepatnya. Karena rekaman tersebut banyak media yang tertarik dengan video yang direkam oleh warga tersebut. Sejak itu Citizen Journalism mulai dikenal masyarakat dan mulai lebih banyak bentuknya. Tidak hanya gambar, video juga tulisan yang menggambarkan suatu kejadian.
           
            Seperti konten di Kompasiana yang dibuat oleh warga biasa yaitu memberikan komentar mengenai kinerja baik Jenderal Tito selaku Kapolri. Ini juga merupakan salah satu bentuk jurnalisme warga yang meliput dan mengamati kinerja baik Jenderal Tito dari jauh lalu membuat kontennya di internet yaitu di Kompasiana.

Daftar Pustaka
SAP Mata Kuliah Media Baru dan Masyarakat, UBM, Jakarta
Modul mata kuliah Jurnalisme Online, Yohanes Widodo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar