Selasa, 29 November 2016

Respon Paper Participatory Journalism by Lauritha

RESPON PAPER
PARTICIPATORY JOURNALISM
Lauritha Riama Elistiana

            Jurnalisme warga (citizen journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita pada masa mendatang. Media baru mempunyai tiga perspektif. Yang pertama yaitu Utopian, dimana hal ini merupakan hal yang terbuka dengan kehadiran media baru. Jadi dalam hal ini, ada orang yang sangat terbuka dengan media baru yang diangap dapat melampaui batas georgarfis dan social. Sehingga menjadi lebih terbuka dan tidak ada batasan.
            Yang kedua adalah dystopian, dimana pengertian dari Dystopian adalah sinis terhadap media baru. Jadi berprasangka buruk terhadap media baru, mempunyai sifat yang tidak terbuka. Bersikap sangat hari – hati karena diduga dapat menguburkan realitas yang ada.
            Yang ketiga adalah Technorealism, dimana Technorealism ini berada ditengah – tengah antara Utopian dan Dystopian. Jadi seseorang yang gak serta merta menerima hal – hal dalam media baru begitu saja, namun juga menyeleksi mana yang sesuai mana yang tidak. Seperti kalau hal positif ya tentu saja diterima, semisal bisa mendapatkan info – info penting yang terjadi dluar kota maupun diluar negeri. Tentang bencana ataupun hal update terbaru diseluruh dunia. Namun untuk hal – hal negative bisa saja disingkirkan. Seperti kampanye terselubung, untuk membully ataupun menjelek – jelekan sesuatu hal.
            Media baru mempunyai implikasi juga terhadap jurnalisme seperti adanya demokrasi dengan media, contohnya dapat berpendapat dengan bebas, dan melihat media mainstream menjadi tidak dipercaya kembali karena mempunyai agenda setting. Seperti media tradisional yang memproduksi realitas sesuai dengan ideology dan manajemen redaksi. Sedangkan untuk jurnalisme warga tidak ada struktur organisasi dan tata aturan.
Lalu berubahnya struktur dan organisasi media dan yang terakhir adalah penjualan dan beriklan. Dimana dijaman sekarang ini, seiring berkembangnya media baru, hal tersebut juga menjadi rebutan dalam hal bersainguntuk beriklan dan berjualan.
            Munculnya media baru sekarang membuat media cetak menjadi agak terpuruk. Ditambah sudah ada lagi yang namanya jurnalisme partisipatoris. Yaitu, aksi yang dilakukan oleh warga Negara dengan berperan aktif didalam pengumpulan Aksi dari warga negara, atau sekelompok warga negara dengan berperan aktif di dalam proses mengumpulkan, repostase, analisis dan diseminasi berita dan informasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin aspek independensi, kepercayaan, akurasi, skala luas, untuk informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhan demokrasi. Jadi dengan adanya jurnalisme warga, dihaarpkan berita yang muncul akan lebih terbuka dan berimbang. Tidak semata – mata berpihak pada satu sisi dikarenakan adanya hal lain yang mendorong untuk lebih berpihak dibalik itu. Meskipun skala masyarakat yang mau ikut berpartisipasi dalam menjadi jurnalisme warga ini sangat sedikit  dalam cakupan lokal atau isu spesial/khusus dimana organisasi berita besar biasanya akan mengesampingkannya.
            Jika diliahat dari sisi sikap dan posisi, biasanya jurnalisme warga sifatnya sangat bersebrangan dengan pers. Karena lebih memihak dengan apa ynag dikiranya benar dan sesuai dengan keharusan tanpa ada prosedur ataupun persyaratan.
            Dan aksi yang dilakukan oleh jurnalisme warga jelas intervensionis :
1)      Tindakan langsung yang ditujukan untuk mengubah kondisi material jurnalisme sebagai praktik dan pers sebagai institusi.
2)      Tujuan yang berakar pada partisipasi untuk perubahan. Jadi yang diharapkan oleh jurnalisme warga adalah perubahan dengan apa yang seharusnya terjadi. Bukan dikarenakan material semata.

Karakteristik jurnalisme warga biasanya :
- Produk jurnalisme warga adalah laporan pihak pertama.
- Produk jurnalisme warga dapat menjadi data awal untuk menyusun dan melengkapi berita yang dipublikasikan media maistream.
- Jurnalisme warga merupakan sumber informasi yang dapat diakses 24 jam.
Sedangkan kalau karakteristik media mainstream yaitu :
-          Berita media mainstream selalu memiliki agenda setting
-          Berita media mainstream selalu melibatkan framing media pemberitaan.
-          Berita dalam jurnalisme warga melibatkan framing individual
Contoh jurnalisme warga yang kita sudah tau sejauh ini adalah, tentang tsunami di Aceh, dimana yang merekam video tersebut adalah seorang watga biasa dan merekam dengan hp. Sehingga hasil videonya pun menjadi amatiran. Beberapa orang yang menyaksikan atau selamat dari gempa dan tsunami yang melanda pantai Indonesia pada 26 Desember 2004 menggunakan cam-coders, kamera digital dan mobile ponsel untuk menangkap acara secara langsung dan kerusakan dan mengirimnya ke media organisasi seperti BBC, MSNBC dan CNN dan banyak outlet berita lainnya dan juga dipublikasikan di blog. Demikian pula selama Bom London dan penembakan di Virginia Tech, saksi mata mengambil gambar menggunakan ponsel dan kamera mereka dan mengirim ke media atau diterbitkan menggunakan akun pribadi mereka di blog dan website. Dalam semua kasus ini, citra dan material dari orang-orang ini menambahkan dimensi baru untuk cakupan bencana.Setiap ada kejadian penting yang sedang terjadi, belum tentu wartawan berada di lokasi, dan tentu saja warga dilokasi adalah sebagai ‘pemberi informasi’ paling utama.

Referensi/Daftar Pustaka :
http://www.kompasiana.com/ansara/apa-itu-jurnalisme-warga-citizen-journalism_552af9a2f17e61bf5bd623f4SAP Media Baru Universitas Bunda Mulia “Participatory Journalism”alism

Tidak ada komentar:

Posting Komentar